Diah Mudirah, Teacher Of Life (Little History)

Diah Mudirah atau biasa dipanggil Diah lahir pada tanggal 18 Januari 1974 di Subang, Jawa Barat. Beliau merupakan anak keempat dari sepuluh bersaudara. Hidup di desa kecil dan memiliki banyak saudara, membuat beliau terpaksa mengubur keinginannya untuk meraih pendidikan tinggi dan menjadi seorang guru. Karena terkendala biaya, dan prinsip kedua orangtuanya, bahwa pendidikan tinggi lebih diprioritaskan untuk anak laki-laki, sedang anak perempuan hanya akan berakhir di dapur, beliau pun akhirnya hanya menamatkan pendidikan di bangku sekolah dasar.
Hidup yang keras dan serba kekurangan yang dialaminya, membuat beliau yang ketika itu baru lulus SD dan masih berusia 13 tahun memberanikan diri meninggalkan kampung halaman, kemudian merantau ke ibu kota. Untuk mendapatkan pekerjaan, beliau terpaksa membuat kartu tanda penduduk palsu dan menambahkan usianya sendiri. Pada zaman itu, pekerjaan terbilang mudah didapatkan, sehingga beliau bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan. Penghasilan yang beliau dapatkan tak hanya beliau nikmati sendiri, melainkan beliau berikan sebagain besar pada orangtuanya, untuk meringankan beban keluarga dan membiayai pendidikan adik-adiknya.
Masih di usia belia, beliau mengenal seorang laki-laki dan kemudian, tepat pada tanggal 30 Juni 1991, di usia yang ketujuh belas, beliau menikah. Pernikahan di usia muda membuat beliau kembali harus berjuang untuk keluarga. Karena desakan ekonomi, meski telah menikah dan memiliki dua orang anak, beliau tetap bekerja sebagai pegawai konveksi. Berangkat pagi dan pulang sore atau menjelang malam. Tak ada kata lelah dalam kamus hidupnya.
Pada kehamilan anak ke tiga, beliau memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan mengabdikan diri untuk keluarga. Meski tak lagi menjadi pegawai di perusahaan, beliau masih memiliki banyak aktivitas dan bekerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Keterampilan menjahit pun beliau tekuni agar bisa mendapatkan penghasilan. Setelah menjalani kursus singkat tentang menjahit, beliau pun mulai menerima jahitan dari para tetangga. Selain menjadi penjahit, beliau juga terjun dalam kegiatan PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) di lingkungan RW.
Aktivitasnya sebagai pelayan masyarakat membuat beliau banyak dikenal di lingkungan rumah. Ketika pendirian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di lingkungan RW, beliau dipilih menjadi salah satu pengajar. Setelah didapuk menjadi guru di PAUD Bougenville, beliau pun mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP dengan mengikuti Sekolah Paket B. Di tengah aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, yang harus mengurus keluarga, beliau masih menyempatkan diri dan bersemangat untuk belajar. Hingga akhirnya, beliau dinyatakan lulus paket B pada tahun 2010.
Semangat beliau tak berhenti sampai di situ, keinginannya untuk mencicipi pendidikan yang lebih tinggi membuatnya terus belajar dan akhirnya mendapatkan beasiswa kembali dari PAUD untuk melanjutkan ke tingkat SMA dengan mengikuti ujian paket C. Karena kegigihannya, beliau akhirnya dapat lulus tepat waktu, bahkan berhasil meraih peringkat dua.
Kini, Diah menghabiskan waktunya untuk menjadi ibu rumah tangga, kader PKK dan Guru PAUD. Beliau pun tak pernah berhenti belajar dan meningkatkan kemampuan dirinya dengan mengikuti berbagai pelatihan dan diklat. Beliau terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Beliau tak ingin menyianyiakan kesempatan yang telah beliau dapatkan. Sebuah keinginannya di masa kecil telah terwujud, yakni menjadi seorang guru. Tak hanya menjadi seorang guru PAUD, beliau juga merupakan guru kehidupan bagi anak-anaknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antidote of Happiness

Lakon

Perbedaan Sejarah, Mitos, Legenda, dan Sastra